Tragedi Pengantin Baru di Lombok Timur: Bunuh Diri Diduga Akibat Cekcok Soal TikTok

Tragedi Pengantin Baru Lombok Timur, Sebuah kabar duka menggemparkan warga Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Seorang pria berinisial NI (33), yang baru saja menikmati kehidupan sebagai pengantin baru, ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan. Pria tersebut mengakhiri hidupnya dengan cara tragis, Tragedi Pengantin Baru, hanya berselang seminggu setelah hari pernikahannya.

Peristiwa memilukan ini membuka tabir suram kehidupan rumah tangga yang selama ini mungkin tampak bahagia di permukaan. Tragedi Pengantin Baru Diduga, aksi nekat tersebut dilakukan setelah terjadi pertengkaran dengan sang istri, yang berkaitan dengan aktivitas di media sosial serta tekanan ekonomi yang cukup berat.

Berikut kronologi lengkap dan analisis dari peristiwa yang membuat publik terpukul ini.

Kronologi Kejadian

img.okezone.com

Permintaan Maaf Sebelum Menghilang

Menurut keterangan dari Kasi Humas Polres Lombok Timur, AKP Nikolas Osman, kejadian tragis tersebut terjadi pada Kamis malam, 1 Mei 2025. Sekitar pukul 22.30 WITA, NI sempat makan malam bersama istrinya, Erna Apriana (19). Pada saat itu, korban tiba-tiba meminta maaf kepada sang istri, yang tentu saja menimbulkan pertanyaan dan kejanggalan. Bahkan, NI sempat berpamitan sebelum keluar rumah.

Kata-kata pamit itu, dalam banyak kasus, kerap menjadi tanda atau sinyal yang tidak disadari oleh orang terdekat sebagai upaya perpisahan terakhir dari seseorang yang berencana mengakhiri hidupnya. Namun, karena pertengkaran sebelumnya dianggap telah selesai, Erna tidak menganggap serius kata-kata NI.

Pertengkaran Soal TikTok dan Uang Rp10 Juta

Beberapa saat sebelum peristiwa, pasangan pengantin baru ini dikabarkan terlibat dalam sebuah cekcok rumah tangga. Sumber internal menyebut bahwa pertengkaran dipicu oleh aktivitas sang istri di aplikasi TikTok. NI diduga merasa tidak nyaman atau cemburu dengan aktivitas tersebut.

Lebih dari itu, korban juga sempat menanyakan kepada istrinya, “di mana bisa mendapatkan uang sebesar Rp10 juta?” sebuah pertanyaan yang menyiratkan tekanan finansial. Belum jelas apakah pertanyaan itu berkaitan dengan utang, kebutuhan mendesak, atau beban ekonomi lainnya, namun tekanan itu tampaknya turut berperan dalam keputusan tragis yang diambil NI.

Penemuan Jasad oleh Sang Istri

Setelah berpamitan dan meninggalkan rumah, NI tidak kembali. Beberapa waktu kemudian, Erna, yang mengira masalah telah selesai, pergi keluar rumah untuk berbelanja. Namun, saat ia kembali dan memanggil suaminya, tidak ada jawaban.

Rasa khawatir pun muncul. Erna mulai mencari suaminya ke berbagai sudut rumah, hingga akhirnya menemukan jasad NI tergantung di lorong sempit antara rumah mereka dan rumah saudara korban. Pemandangan yang begitu mengerikan dan menyayat hati itu membuat sang istri langsung menjerit histeris.

NI ditemukan dalam posisi tergantung dengan tali rafia berwarna biru. Kaki korban tampak tertekuk, dengan ujung kaki masih menyentuh tanah, sementara lutut dalam posisi menggantung. Posisi ini menggambarkan proses gantung diri yang cukup menyiksa.

Tanggapan Keluarga dan Hasil Visum

Ibu Korban Menemukan Anaknya Telah Tak Bernyawa

Jeritan istri korban segera menarik perhatian orang sekitar, termasuk ibu kandung korban. Mendengar suara tangisan dan teriakan, sang ibu langsung keluar dan mendekati sumber suara. Ia pun mendapati anaknya sudah tidak bernyawa, tergantung di tali rafia dengan tubuh lemas.

Sang ibu hanya bisa memeluk jasad anaknya dengan tangisan yang memilukan. Keluarga dan warga yang datang pun langsung melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian.

Pemeriksaan Medis dan Kepastian Penyebab Kematian

Tim dari Puskesmas segera didatangkan untuk melakukan visum luar terhadap jasad korban. Hasil pemeriksaan medis menunjukkan bahwa tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan fisik ataupun bekas luka akibat benda tumpul pada tubuh NI. Hal ini menguatkan dugaan bahwa NI murni meninggal karena bunuh diri.

Pihak keluarga menerima kematian NI sebagai musibah dan menolak otopsi lanjutan. Jasad korban kemudian dibawa ke Puskesmas untuk pemeriksaan tambahan sebelum akhirnya diserahkan ke pihak keluarga untuk dimakamkan.

Fenomena Bunuh Diri dan Media Sosial

www.ganto.co

Dampak Media Sosial pada Hubungan Rumah Tangga

Kematian NI menyoroti salah satu masalah sosial yang kini semakin marak: konflik rumah tangga akibat media sosial. TikTok, sebagai salah satu platform video pendek paling populer di Indonesia, telah menjadi bagian dari keseharian banyak orang, termasuk pasangan muda.

Namun, penggunaan media sosial yang tidak sehat bisa menimbulkan konflik dalam relasi, terutama jika tidak disertai komunikasi yang terbuka dan kepercayaan antara pasangan. Rasa cemburu, ekspektasi, hingga perbedaan persepsi tentang batasan wajar dalam bermedia sosial bisa menjadi sumber pertengkaran yang serius.

Tekanan Ekonomi sebagai Pemicu Bunuh Diri

Selain masalah rumah tangga, tekanan finansial tampaknya menjadi faktor yang turut mendorong NI mengambil langkah ekstrem. Pertanyaan tentang “uang Rp10 juta” bisa mencerminkan beban ekonomi yang besar, utang, atau kebutuhan mendesak yang belum terpenuhi.

Menurut data WHO, bunuh diri seringkali tidak hanya disebabkan oleh satu faktor, melainkan kombinasi dari beberapa masalah seperti kesehatan mental, tekanan sosial, masalah ekonomi, dan konflik interpersonal.

Upaya Pencegahan Bunuh Diri: Perlu Kesadaran Kolektif

Peran Keluarga dan Lingkungan

Tragedi Pengantin Baru ini harus menjadi pengingat penting bagi masyarakat, khususnya keluarga dan pasangan muda, untuk lebih peduli terhadap kondisi mental dan emosi orang terdekat. Tanda-tanda depresi, tekanan batin, atau niat bunuh diri kerap tidak terlihat jelas, namun bisa dikenali dari perubahan sikap, kata-kata pamitan, atau ekspresi putus asa.

Pentingnya Konseling dan Dukungan Emosional

Dalam banyak kasus, bantuan psikologis dan konseling pernikahan bisa menjadi solusi yang efektif untuk mencegah konflik berkepanjangan. Pemerintah, lembaga sosial, dan komunitas lokal diharapkan lebih aktif dalam menyediakan ruang aman dan layanan konseling untuk pasangan muda atau masyarakat yang sedang menghadapi tekanan hidup.

Edukasi tentang Kesehatan Mental

Masih banyak masyarakat Indonesia yang menganggap isu kesehatan mental sebagai hal tabu atau aib. Padahal, memahami gejala stres, depresi, dan burnout bisa menyelamatkan nyawa seseorang. Sosialisasi tentang pentingnya kesehatan jiwa harus digalakkan, terutama di wilayah-wilayah yang masih terbatas akses terhadap layanan psikologi profesional.

Refleksi dan Harapan

Kematian NI, seorang pengantin baru yang masih berusia muda, membawa luka mendalam tidak hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi masyarakat luas.Tragedi Pengantin Baru ini adalah gambaran betapa rentannya seseorang ketika dihadapkan pada tekanan emosional dan ekonomi tanpa dukungan yang memadai.

Masyarakat perlu belajar dari kasus ini agar lebih peka terhadap kondisi orang di sekitar, terutama pasangan, anak, teman, dan kerabat. Komunikasi terbuka, empati, serta akses ke layanan psikologis adalah kunci untuk mencegah tragedi serupa terjadi di masa depan.

Kesimpulan

Tragedi Pengantin Baru  gantung diri yang dialami NI di Lombok Timur merupakan pengingat pahit bahwa pernikahan bukan hanya soal cinta dan bahagia, tetapi juga tantangan, tekanan, dan ujian. Konflik kecil, bila tidak diselesaikan secara dewasa dan terbuka, bisa berujung pada keputusan fatal.

Kita semua memiliki tanggung jawab moral untuk saling peduli. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan gejala depresi atau keinginan untuk mengakhiri hidup, segera cari bantuan. Hubungi profesional, keluarga, atau lembaga sosial untuk mendapatkan dukungan.Supaya jangan sanpai terjadi lagi seperti ini

Okezone News